Jempolan

H Abdul Rohman, Kades Sumberejo Gedangan Nyambi Bisnis Punglor Jali, Hasilnya Menggiurkan

Diterbitkan

-

H Abdul Rohman tunjukkan Punglor Jali siap jual. (SUR)
H Abdul Rohman tunjukkan Punglor Jali siap jual. (SUR)

Memontum Malang – Sebagai upaya menambah penghasilan rumah tangga, H Abdul Rohman Kepala Desa Sumberejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang rela memanfaatkan waktu senggangnya dengan pelihara burung ocehan jenis anis kembang atau punglor jali.

Awalnya hanya sekedar hobi, kemudian meningkat menjadi bisnis kecil-kecilan. Dari hasil jual piyikan burung ocehan berkualitas itu, ternyata lebih dari cukup untuk mendanai kebutuhan dapur.

Piyek Punglor Jali usia 15 hari. (SUR)

Piyek Punglor Jali usia 15 hari. (SUR)

“Untuk satu ekor piyikan punglor jali usia satu bulan saya jual dengan harga Rp 1,5 juta.Ternyata peminatnya lumayan banyak, mulai dari Malang Raya, Surabaya, Bali, Solo bahkan sampai Jakarta, ” ungkap sosok yang akrab disapa Abah Rohman ini, Senin (11/5/2020) siang.

Tambah Abah Rohman, bisnis ini sebenarnya sudah ia tekuni sejak tahun 2014 lalu,dengan menggunakan ring (pinggel kaki) H Rohman, tonjolan atau segi power burung itu memiliki ciri khas tersendiri di kalangan para pekontes.

“Saat ini kami siapkan 45 pasang induk dan pejantan pilihan.Jika sudah mencapai usia 6 sampai 7 bulan, harganya bisa tembus hingga Rp 17 juta setiap ekor, ” ulas Kades yang masa jabatannya berjalan hampir 11 bulan ini dengan logat madura yang masih kental.

Disisi lain,sosok yang juga pelatih beladiri disalah satu padepokan ini menjelaskan,salah satu ciri-ciri burung berkualitas yaitu dari rapetnya suara disaat ngerol. Ada juga dari segi keturunan.

Advertisement

Karena induk ring H Rohman sudah cukup dikenal, piyekan burung kami sudah diantre pembeli.Tetapi dalam kondisi Covid-19 seperti saat ini,pembelinya agak berkurang. Mereka tidak bisa melintas dengan bebas dari luar kota menuju wilayah Kabupaten Malang.

Juga ketika disinggung untuk pendapatan setiap bulan?terang koordinator Sogukan group Macan Putih ini, bisa lebih dari Rp 10 juta.

“Dengan pendapatan sebesar itu kami lebih fokus mengabdi di desa dan bisa terhindar dari hal-hal negatif dalam mengelola keuangan Pemerintah Desa. Naudzubillah, semoga dijauhkan dari hal itu, ” tandasnya. (Sur/oso)

 

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas