Komunikasi Sosial

Warung Pendopo Kembang Kopi Wagir Gelar Selametan, Gairahkan Spirit Penghidupan Petani

Diterbitkan

-

Selametan warung pendopo Kembang Kopi. (ist)
Selametan warung pendopo Kembang Kopi. (ist)

Memontum Malang – Berupaya memberikan apresiasi dan penguatan spirit penghidupan bagi petani, Owner Pendopo Kembang Kopi Pietra Widiadi menggelar Selametan pembukaan warung diiringi doa berbahasa Jawa, Sabtu (11/7/2020).

“Saya bersyukur pembukaan warung sukses. Saya berharap bisa memberi penguatan bagi spirit penghidupan petani untuk eksis dan mandiri,” tegas Pietra Widiadi. Sekilas informasi, Warung Kembang Kopi kampus Pendopo Kembang Kopi berada di bawah naungan lembaga dial (drive innovations for alternative livelihood) Foundation.

Lembaga nirlaba dengan pelayanan penguatan kapasitas kelembagaan dan pengembangan rekayasa infrastruktur sosial dalam upaya pengembangan mata pencarian (penghidupan) alternative di pedesaan yang bertumpu pada hasil komodita pertanian dalam kerangka bisnis sosial sebagai upaya pencapaian tujuan pembangunan yang lestari.

Lembaga ini didirikan sejak tahun 2010, dan baru pada tahun 2015, mendirikan sebuah tempat belajar yang disebut community learning di Dusun Ngemplak, Desa Sumbersuko, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

Pada hari Sabtu Pon, 2020, kemarin melakukan selametan atau dalam istilah Jawanya Metri Warung. Ini selametan yang dihantarkan oleh seorang tokoh desa, pak Dasreem namanya dan dengan menggunakan doa dalam Bahasa Jawa.

Advertisement

Sabtu Pon memiliki makna yang kuat dan besar, dengan angka total 16. Selametan dihadiri oleh perwakilan Kecamatan Wagir yang juga merupakan perwakilan dari Badan Pemberdayaan Desa, Kabupaten Malang.

“Kehadiran sahabat dan warga sekitar kampus Pendopo Kembang Kopi, merupakan sebuah doa untuk warung ini berkembang dan menjadi inspirasi bagi warga dan jaringan kerja pegiat desa di Malang Raya dan Jawa Timur pada Khususnya dan Indonesia pada Umumnya,” urai Pietra.

Dikatakannya, warung ini adalah bagian dari hidupnya yang awalnya digunakan sebagai ruang makan peserta pelatihan fasilitator masyarakat yang diselenggarakan oleh dial-foundation. Sekitar 200 failitator telah dilahirkan dari kampus PèK (Pendopo Kembang Kopi) ini.

Pria alumnus FISIP Universitas Airlangga ini mengungkapkan, penamaan Kembang Kopi karena terinspirasi keberadaannya di tengah kebun Kopi yang pada saat musim bunga, akan menjadi kopi menyebarkan harum wangi.

Wangi kembang Kopi, pada saat musim kemarau dan suhu udara yang dingin (mbediding istilah Jawanya), pada sekitar 18-19 derajad Celcius, bunga mulai dihisap putiknya oleh Kumbang.

Advertisement

Dalam dingin yang menggigil, para Kumbang berpesta membantu penyerbukan putik Kopi yang akan melahirkan pentil Kopi.

Bersuka, berpestanya para Kumbang pada malam hari yang menggigil itu juga kemudian disusul oleh berpestanya para Lebah pada siang hari, melahirkan wewangian kembang Kopi.

Maka dengan nama Pendopo Kembang Kopi ini, diharapkan bukan sekedar wanginya yang merebak seantero desa, tetapi adalah keceriaan Kopi karena dapat memberikan sumbangsih pada Lebah dan serangga untuk hidup dan menghasilkan produk yang lain berupa madu. Ini seperti sebuah pengorbanan tetapi ini sejatinya adalah simphoni indah yang menggerakkan kehidupan bagi sesama.

Filosofi ini coba menjadi inspirasi bagi Warung Kembang Kopi, menjadi rujukan belajar, menjadi tempat dan jujugan kawan-kawan yang haus akan pengetahuan.

“Dalam hal ini, warung bukanlah tujuan utama, yang menjadi tujuan adalah perjumpaannya, pertemuan sesama kawan untuk mendorong lahirnya alternative penghidupan (mata pencaharian) bagi masyarakat, khusunya masyarakat petani yang mulai merasa tidak lagi punya masa depan dan penghidupan yang layak dan lestari,” tutur Pietra mengakhiri. (*/yan)

Advertisement

 

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas