Kabupaten Malang

USAID bersama Dinkes Kabupaten Malang Tekan Resiko Tuberkolosis

Diterbitkan

-

TES: Pemeriksaan via X Ray. (ist)

Memontum Malang – Tekan resiko tuberkolosis di wilayah Kabupaten Malang, United States Agency for International Development (USAID) atau Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) terus melakukan antisipasi dan penanganan pengobatan kepada penderita Tuberkulosis. Salah satunya, seperti yang dilakukan kepada warga di Desa Tegalsari, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Melalui langkah skrining, diharapkan dapat memastikan resiko paparan Tuberkulosis (TBC). Sementara dalam skrining kesehatan itu, juga dilakukan pemeriksaan kesehatan. Termasuk, dilakukan pemeriksaan paru-paru melalui layanan laboratorium X-Ray Mobile. Setelah itu, peserta skrining juga diambil dahak untuk selanjutnya diperiksa dalam laboratorium faskes.

Wakil Pimpinan USAID, Prima Setiawan, mengungkapkan bahwa digelarnya skrining X-Ray ini adalah untuk pemeriksaan dalam upaya meningkatkan penemuan kasus TBC. “Sasarannya tentu menemukan resiko pengidap dan juga bagi yang kontak erat dengan penderita TBC. Hal ini, sesuai dengan hasil penemuan kasus yang dilakukan,” kata Prima, Senin (01/07/2024) tadi.

Ditambahkannya, bahwa kegiatan yang dilakukan ini untuk menurunkan dan bahkan diharapkan bisa menekan kasus TBC di Indonesia. Dimana, angka kasusnya sangat tinggi, termasuk di Jawa Timur.

Baca juga :

Advertisement

“Ini sifatnya masih percontohan. Tetapi, kami gunakan pola berbeda, yaitu dengan berkolaborasi melalui multisektor. Jadi, tidak mulai dari nol. Karena, skrining ini diberikan pada sampel sasaran yang punya resiko tinggi terpapar TBC,” tambahnya.

Masih menurut Prima, bahwa melalui program USAID Bebas TBC, dirinya punya program dalam menangani pemberantasan kasus TBC hingga 2029 mendatang. “Skrining X-Ray untuk TBC ini akan kami lanjutkan ke empat wilayah kecamatan berbeda. Diantaranya, Kecamatan Kepanjen, Wagir, Pakis dan Kecamatan Kasembon. Sementara total sasarannya, yaitu untuk 7 ribu jiwa,” urainya.

Dalam program USAID Bebas TBC ini, lanjut Prima, setelah ditemukan kasus aktif pengidap TBC, maka akan dilakukan dengan pengobatan sesuai gejala penyakit. “Pola pengobatan ini juga diterapkan pada yang kontak erat. Seperti anggota keluarga atau lingkungan terdekat di tempat kerja,” ungkapnya.

Disampaikan Prima, bahwa rasio kontak erat yang harus ditangani untuk satu orang penderita TBC, jumlahnya bisa sampai delpan orang dekat. Jadi, pengobatan diberikan secepatnya untuk bisa memutus mata rantai penularan terutama pada yang kontak erat. Selain obat TBC, ada juga terapi pencegahan (TPT) yang bisa diberikan.

Dalam hal ini, ujarnya, juga diberikan edukasi tentang TBC kepada seluruh lapisan masyarakat. Tujuannya, agar punya kesadaran dan kepedulian bagaimana pencegahan penularan TBC. (sem/sit)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas