Kabar Desa

Pemdes Tanggung Turen Programkan Bangun Wisata Desa dan Religi, Menuju Desa Wisata dan Menengok Sejarah

Diterbitkan

-

H Duriadi Kepala Desa Tanggung di lokasi Prasasti Watu Godek. (sur)

Memontum Malang – Pemerintah Desa (Pemdes) Tanggung Kecamatan Turen Kabupaten Malang saat ini tengah menggagas program pembangunan desa wisata alam dan religi.

Dengan terealisasinya pembangunan destinasi wisata nanti,selain tercipta lapangan pekerjaan baru sekaligus menengok sejarah panjang di desa ujung barat wilayah Kecamatan Turen ini.

H Duriadi di Makam Ky Romo Brojo Danu. (Sur)

H Duriadi di Makam Ky Romo Brojo Danu. (Sur)

Kepala Desa Tanggung H Duriadi memaparkan, secara geografis Desa Tanggung sangat diuntungkan karena berada pada jalur protokol menuju pusat pemerintahan Kabupaten Malang di Kepanjen.

Ditambahkannya, selain didukung dengan keadaan alam, Desa Tanggung juga jadi tuan rumah program Kota Tanpa Kumuh(Kotaku)dari Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman Dan Ciptakarya (DPKPCK) Kabupaten Malang
beberapa waktu lalu.

“Paska terealisasinya program Kotaku ini,kedepan akan kami manfaatkan menjadi desa wisata,” ungkap Duriadi Kamis (23/1/2020) siang.

Juga dijelaskan Duriadi, lokasi tersebut sebelumnya masuk kawasan kumuh padat
penduduk dengan luas 1,79 Ha, dihuni oleh 161 KK, terdiri dari RT3 dan 4 RW7.

Advertisement

Selain kawasan Kotaku, Pemdes Tanggung juga memprogramkan kali Jaruman menjadi wisata arum jeram.

Terlepas dari 2 wisata alam, desa berpenduduk sekitar 5000 jiwa ini juga akan membuat dua wisata religi yaitu prasasti Watu Godek dan makam KY Romo Brojo Danu dan Ny.Ratu Dewi Sri yang diyakini selaku bedah karawang Desa Tanggung.

“Kami tengah melaksanakan pembangunan jalan menuju makam dua leluhur itu sepanjang 189 meter dari ADD tahun 2019,” ulas Duriadi.

Seperti diketahui, Desa Tanggung merupakan bagian anak wilayah Kecamatan Turen sebagai pusat aktivitas masyarakat untuk menengok sejarah yang sangat panjang.

Salah satunya prasasti Watu Godek. Konon, menyebutkan bahwa Turen adalah daerah yang didirikan oleh Mpu Sindok pada abad ke-10 kepada seorang bernama Turian Tapadha.

Advertisement

Jika berpatokan pada isi prasasti tersebut, maka Turen sudah menjadi tempat permukiman jauh sebelum Kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit berdiri.

Namun, nama Turen baru tercatat dalam sejarah peradaban modern sejak pemerintah kolonial Belanda membangun pabrik tepung tapioka di daerah tersebut pada akhir abad ke-19. Masuknya pengaruh Belanda itu pula yang diduga membawa bibit-bibit peradaban kota besar ke Turen.

Mereka, misalnya, membangun gedung pertemuan besar yang difungsikan sebagai ballroom untuk dansa-dansi para pegawai Belanda tepat di depan pabrik.

Hingga kini, bangunan yang disebut kamar bola oleh penduduk setempat itu masih difungsikan sebagai gedung pertemuan bernama Balai Pertemuan Soedali. (sur/oso)

 

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas