SEKITAR KITA

Rapid Test Bukan Alat Diagnostik Covid 19

Diterbitkan

-

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Desi Dewianti.
Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Desi Dewianti.

Memontum Malang – Berbagai upaya dilakukan pemerintah, dalam mengantisipasi penyebaran Virus Corona secara masif. Salah satunya, dengan melakukan pengecekan melalui rapid test, yang selama ini sering dilakukan massal.

Hanya saja, siapa sangka bahwa rapid test sendiri, sebenarnya bukan merupakan tes untuk diagnostik Covid 19. Sebaliknya, dengan dilakukan swab lah, seseorang bisa terdeteksi kemungkinan terjangkit atau tidaknya, terkena Virus Corona.

“Mengacu pada pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19, rapid-test bukan diagnostik atau prioritas yang bisa dijadikan untuk pencegahan. Karena, rapid test sifatnya hanya mengecek virus secara general, dan bukan khusus untuk Covid-19. Justru, untuk mendeteksi Virus Corona, adalah dengan melakukan swab,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Desi Dewianti, saat ditemui Memontum.com di ruang kerjanya.

Ditambahkan Desi, pengetahuan umum ini perlu diberikan kepada masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat tetap bisa mengantisipasi penyebaran Covid 19. Termasuk, bisa paham bahwa rapid-test bukan merupakan alat test yang memiliki tingkat akurasi tinggi untuk mendiagnosa adanya virus covid-19.

“Selama ini, itu banyak juga yang memanfaatkan keadaan dengan mematok biaya rapid test, terlampau tinggi. Akibatnya, masyarakat yang kurang paham dan ingin melakukan rapid test, menjadi terbebani. Sehingga, Kemenkes pun sempat mengelurkan peraturan untuk membatasi biaya maksimal sebesar Rp 150 ribu,” tambahnya.

Advertisement

Masih menurut Desi, yang tidak kalah pentingnya, itu beberapa persepsi atau pemikiran di masyarakat. Bahwa, setelah menjalani rapid-test dan hasilnya non-reaktif, maka mereka tidak akan terkena dan terbebas dari covid-19. Hal tersebutlah yang akan menjadi salah satu fokus dari Dinkes Kabupaten Malang, untuk mengedukasi dan mensosialisasikan kepada masyarakat.

“Selama ini, masyarakat kalau sudah rapid-test, merasa dirinya terbebas dan aman dari covid-19. Padahal, hal tersebut belum tentu. Bisa jadi, setelah rapid test, dalam perkembangannya justru masyarakat itu akan tertular. Atau, saat rapid test ternyata belum terdeteksi covid-19,” pungkasnya. (sit)

 

 

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas