Hukum & Kriminal

Pengen Keren, Pemuda dan Gadis Desa Bergaya Tak Etis di Karnaval Budaya Pamotan-Dampit

Diterbitkan

-

Memontum Malang – Karnaval pawai budaya yang sejatinya menampilkan kreasi dan seni menakjubkan justru dirusak serta disusupi oleh sejumlah oknum pemuda dengan pertunjukan yang tidak pantas ditampilkan di depan publik. Hal tersebut terjadi saat pawai budaya di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Minggu (16/9/2018)lalu. Sejumlah video yang diunggah di media sosial Facebook menjadi viral, dalam video itu para oknum pemuda yang ikut karnaval terlihat menampilkan tarian-tarian yang tak pantas.

Selain itu, pakaian yang digunakan juga tidak mencerminkan kebudayaan Indonesia. Para oknum pemuda tersebut asyik berjoget dibelakang kendaraan yang mengangkut sound system. Mereka berjoget dengan mengenakan seragam ala anak sekolah, namun seragam tersebut di corat-coret menggunakan cat warna-warni. Parahnya, aksi tak pantas yang ditunjukkan itu tidak hanya dilakukan oleh laki-laki, namun juga perempuan.

Beberapa perempuan muda yang mengikuti aksi itu bahkan menonjolkan penampilannya dengan mengenakan rok mini. Pada salah satu akun warganet di Facebook, Jho Bejho Dalemb Cook, ada dua video yang di unggah. Dengan caption ‘Monika resehh’, video tersebut sudah dibagikan lebih dari 500 kali. Video viral itupun mendapat beragam komentar dari warganet yang lain.

“Tidak mendidik dan tidak pantas,” komen akun Bams Ramadhana. “Gk meker lek karnaval iku didelok wong akeh yo didelok arek cilik pikirane iku nandi, ngunuku lak podo ae nguruki sing cilik” tahh perusak generasi bangsa,” timpal Candra Disnep. “Sungguh sedih orang tua mu jika tau anaknya kyak gitu,” tulis Rianz Putra Hadi. Sementara itu, Sekretaris Desa Pamotan, Gatot Sudarmanto saat dihubungi langsung memberikan klarifikasi soal video tersebut.

Gatot menjelaskan, tentang grup ‘anak-anak sekolah’ dengan seragam dicorat-coret yang viral di medsos tersebut bukan peserta dari wilayah Desa Pamotan. “Memang ada anggotanya yang dari wilayah Pamotan, 4 orang anak di grup itu, sudah dari awal dilarang masuk oleh pak RT, pak RW, juga pak Kamituwo, termasuk dari panitia. Dan yang viral itu posisinya sedang berjalan dibubarkan ke arah Timur, bukan berjalan sebagai peserta. Panitia dan Pemerintah Desa berusaha mengusut tuntas peristiwa ini,” terang Gatot”,ujar Gatot mengakhiri.(sur/yan)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas